Kredit Macet AS Guncang Eropa, Saham Bank Turun Tajam

Kredit Macet AS Guncang Eropa, Saham Bank Turun Tajam

Dampak Kredit Macet AS Menyebar ke Eropa: Saham Bank dan Pertahanan Anjlok

excitesubmit – Pasar keuangan Eropa kembali dilanda tekanan berat akibat kekhawatiran baru dari Amerika Serikat. Dugaan penipuan pinjaman dan meningkatnya risiko kredit di AS memicu gelombang kepanikan yang menular ke bursa Eropa. Investor bereaksi cepat terhadap laporan kerugian besar yang menandai potensi krisis kepercayaan di sektor perbankan global.

Baca Juga”Bobby Nasution Dukung Percepatan Implementasi BRT Mebidang


Kredit Bermasalah AS Picu Efek Domino di Pasar Eropa

Pasar saham Eropa menutup pekan lalu di zona merah, mengikuti jejak Wall Street yang terguncang isu kredit macet. Indeks acuan Pan-European Stoxx 600 turun 0,95%, menandai penurunan tajam sejak awal kuartal keempat 2025. Sektor perbankan menjadi korban utama, dengan Stoxx Europe 600 Banks merosot sekitar 2,5%.

Kepanikan ini bermula dari laporan kerugian USD 50 juta yang diumumkan oleh Zions Bancorporation di AS. Kasus serupa juga melibatkan tuduhan dari Western Alliance, yang menyoroti potensi penipuan pinjaman dan lemahnya kualitas kredit. Situasi tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa sistem keuangan AS mungkin menyimpan lebih banyak pinjaman bermasalah (bad loans) dari yang dilaporkan.

Krisis semakin dalam setelah dua perusahaan otomotif, Tricolor dan First Brands, dinyatakan bangkrut. Kasus First Brands mengungkap jaringan utang kompleks yang menyeret banyak pemberi pinjaman global, termasuk Jefferies (dengan risiko USD 715 juta) dan UBS (USD 500 juta). Efek domino dari kasus ini segera terasa di Eropa, dengan aksi jual besar-besaran pada saham bank dan sektor keuangan lainnya.

Mantan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Jean-Claude Trichet, memperingatkan bahwa kewaspadaan terhadap kualitas kredit harus ditingkatkan. “Kehati-hatian dan kewaspadaan adalah hal esensial di mana pun di dunia,” ujarnya, seperti dikutip CNBC. Ia juga menilai pasar belum sepenuhnya memahami dampak kebijakan AS terhadap inflasi dan pertumbuhan, yang berisiko mendorong ekonomi global ke arah stagflasi.


Sektor Bank dan Pertahanan Jadi Korban Utama

Kondisi pasar kian memburuk setelah BBVA, bank besar Spanyol, gagal mengambil alih Sabadell melalui skema hostile takeover. Saham Sabadell merosot 6,8%, sementara BBVA justru naik 6% karena investor lega beban akuisisi batal.

Sektor pertahanan juga terpukul. Indeks Stoxx Europe Total Market Aerospace and Defense turun 3,6% setelah kabar bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu di Hongaria untuk membahas perang Ukraina. Investor menafsirkan pertemuan ini dapat mengubah arah kebijakan militer dan kontrak pertahanan di Eropa.

Beberapa saham utama di sektor tersebut terjun bebas. Rheinmetall turun 6,4%, Hensoldt anjlok 7,8%, dan Renk merosot 5,3%. Padahal, sektor perbankan dan pertahanan sebelumnya menjadi pendorong utama reli saham Eropa pada 2025, masing-masing tumbuh lebih dari 50%.

Dari sisi korporasi lain, Volvo Group melaporkan laba kuartal ketiga sebesar 11,7 miliar kronor Swedia, sedikit di atas perkiraan. Namun, sahamnya tetap turun 7,8%, tertekan kondisi pasar global yang sulit. Novo Nordisk juga melemah 6,4% setelah komentar Trump soal potensi penurunan harga obat penurun berat badan yang memengaruhi sentimen investor.

Sementara itu, UBS memperingatkan risiko terbentuknya gelembung AI, menyamakan situasi pasar saat ini dengan periode sebelum krisis dotcom tahun 2000. Eksekutif UBS, Michel Lerner, menyarankan investor untuk lebih selektif dan fokus pada saham dengan fundamental kuat, seperti sektor barang konsumsi, layanan kesehatan, dan barang mewah.

Inflasi Eropa yang tercatat stabil di 2,2%, sesuai ekspektasi, menjadi satu-satunya kabar positif. Namun, data ini belum cukup untuk menenangkan pasar menjelang pertemuan IMF dan Bank Dunia pekan depan.


Kesimpulan: Risiko Global Masih Mengintai

Gejolak yang dipicu oleh kredit macet di AS memperlihatkan rapuhnya kepercayaan pasar global. Dari Wall Street hingga Frankfurt, investor kini lebih waspada terhadap sinyal ketidakstabilan kredit dan potensi krisis baru.

Keterkaitan lintas sektor — dari perbankan, otomotif, hingga pertahanan — menegaskan bahwa guncangan ekonomi di satu wilayah dapat menular cepat ke seluruh dunia. Dalam kondisi seperti ini, kehati-hatian menjadi kunci bagi pelaku pasar dan pembuat kebijakan untuk mencegah krisis berikutnya.

Baca Juga”BRIN Hujan di Jakarta Tercemar Mikroplastik dari Udara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *